How much do you care about your finance?
November 01, 2013
Assalamu'alaykum,
Mungkin topik kali ini berbeda dari biasanya. Well, sebenarnya saya agak terganggu dengan mondar-mandirnya berita demo buruh yang menuntut kenaikkan UMR. Setelah saya melihat salah satu video demo buruh @detik_tv tersebut ternyata para buruh meminta gaji 7 juta dengan alasan gaji yang sekarang sudah tidak mencukupi kebutuhan hidup mereka. Kenapa 7 juta?karena katanya "pak Jokowi bisa gaji supir busway 7 juta, kita yang juga bekerja berdiri seharian kenapa tidak bisa". Jujur saja saya sedikit melongo dengan pernyataan tersebut. Oke, bagi saya tidak masalah menuntut kenaikan gaji jika dirasa memang I'm capable of buat mendapatkan gaji yang lebih gede tetapi dengan alasan membandingkan dengan profesi lain yang jelas berbeda sebenarnya agak tidak masuk akal.
Pernyataan tentang alasan gaji yang sekarang sulit untuk mencukupi kebutuhan hidup. Ya, banyak golongan menengah yang khawatir tentang itu. Twitnya Ligwina Hananto yang menyatakan "Berapapun UMR, kalo gaji gak diatur bener ya akan ttp habis" membuat saya ingin sekali mengeluarkan uneg-uneg ini.
Pertama, saya mau curhat dulu :P sebenarnya saat ini saya juga dalam tahap dibayangi akan "Apakah gaji saya akan cukup untuk memenuhi kebutuhan dan gaya hidup saya nanti?". Saat ini saya adalah fresh graduate dari perguruan tinggi kedinasan yang entah berapa lama lagi akan menjadi PNS dengan golongan 3A. Waktu melihat video buruh tadi sayapun berpikir gaji saja saja sepertinya juga belum mencapai 7 juta. Apakah saya bakal berdemo kepada pemerintah menuntut kenaikan gaji? tentu saja tidak. Lantas apa yang harus saya lakukan?
Ketakutan akan pertanyaan tadi sudah ada sejak aku dibangku kuliah. Masa-masa kuliah itu merupakan comfort zone bagi saya. Bagaimana tidak? saya kuliah gratis, orang tua masih selalu memberikan uang bulanan untuk kebutuhan hidup dan saya mendapat uang saku bulanan dari kampus yang cukup lumayan. Selain itu saya tinggal di Jakarta dimana saya selalu dimanjakan dengan sale dan mudahnya akses belanja online. Ya, saya sale hunter dan online shopper, pernah menyesal setelah belanja out of limit? Penyesalan lebih kepada berpikir kalau saya sudah bekerja nanti bagaimana? pertanyaan itu selalu membanyangi dari dulu hingga sekarang. Yang pertama saya juga ingin menikmati masa-masa dapat gaji dan masih single dimana semua uang yang saya punya menjadi hak bagi saya tetapi yang perlu saya garis bawahi adalah saya tidak mau menabung hanya dari sisa uang yang saya habiskan untuk kebutuhan hidup perbulan. Saya harus bisa menentukan berapa persen dari gaji harus masuk ke kantong "investasi" dan tujuannya untuk apa. Oleh karena itu saya harus mempunyai komitmen yang kuat.
Apa yang saya lakukan sekarang? karena sudah dalam detik-detik masuk dunia kerja yang tadinya saya cuma belajar instrumen investasi dari jenisnya saja sekarang saya mulai mempelajari portofolio dari instrumen investasi yang ditawarkan tersebut. Ada temen yang berkomentar "kamu sih memang ngerti ekonomi jadi tidak masalah belajar seperti itu". Ya saya memang sedikit mempelajari tentang ilmu ekonomi tetapi di bangku kuliah juga tidak diajarkan kok tentang instrumen apa yang nanti bisa dipilih ketika berinvestasi beserta risikonya. Aku belajar sendiri tentang itu, banyak membaca dan berusaha mencari tahu sendiri. Investasi tidak hanya diperuntukkan untuk orang dengan latar belakang ekonomi saja kan? dan perlu digarisbawahi juga semua orang punya kebutuhan hidup masing-masing dan tentunya inflasi menyerang siapa saja. Jadi tidak ada salahnya kan untuk mulai belajar tentang investasi karena menabung itu belum tentu match antara dana yang kita punya dengan kenyataan financial yang harus dicapai.
Waktu masih kuliah dulu, ketika saya merekomendasikan buku financial planning seperti bukunya Ligwina Hananto "100 Langkah untuk Tidak Miskin" ataupun bukunya Prita Ghozie "Menjadi Cantik,Gaya dan Tetap Kaya" kepada beberapa teman, jarang yang menyambutnya. Berbagai alasan dilontarkan tidak berminat atau belum saatnya. Kata belum saatnya itu membuat saya ingin melontarkan pertanyaan balik yaitu, "lalu,kapan saat yang tepat?apakah menunggu sudah menikah atau bahkan menunggu sudah punya anak". Menurut saya itu sudah dalam tahap harus dilakukan bukan bersantai-santai untuk belajar lagi. Justru semakin dini kita belajar maka akan membuat ingin cepat-cepat bertindak dan semakin dini dalam berinvestasi maka semakin ringan biaya perbulan yang harus dikeluarkan dalam mencapai tujuan.
Selain curcol :P saya ingin mengajak siapa saja untuk aware terhadap kondisi financial kita masing-masing berapapun besarnya gaji. Saya memang belum merupakan salah satu orang yang merasakan deg-degannya ketika IHSG turun tetapi yuuk sama-sama belajar dan care tentang kondisi keuangan masing-masing. Kalau bukan diri kita sendiri yang peduli siapa lagi? :)
PS: Setelah melalui proses edit oleh aku sendiri, maka sapaan kali ini aku ganti dengan "saya" daripada tercampur-campur. Bagi yang merasa aneh, gak boleh komentar, hahaha :P
love
miz_purple
0 comments
I'm happy to read and reply your comment^^